Rabu, 15 Februari 2012

Dewa Wisnu

Dewa Wisnu
Dalam Trimurti Agama Hindu, Dewa Wisnu merupakan personifikasi dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam kapasitas Beliau sebagai pemelihara alam semesta.

Dewa Wisnu merupakan Dewa paling tinggi di dalam tradisi Waisnawa. Pengikut Adi Shankara memposisikan Beliau sebagai salah satu dari lima Dewa Utama. Beliau dipuja sebagai Dewa Tertinggi (Tuhan Yang Maha Esa) dalam weda Sruti seperti Taittiriya Shakha dan the Bhagavad Gita. Shakti Beliau adalah Dewi Laksmi, yang dikenal sebagai Dewi penguasa kemakmuran dan wahana Beliau adalah burung Garuda.

Vishnu Sahasranama menyatakan Beliau adalah Paramatma (Jiwa tertinggi) dan Parameshwara (Dewa tertinggi). Juga mendeskripsikan sebagai esensi utama dari semua bentuk, yang menguasai masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang, serta pencipta dan pelebur segalanya, yang menunjang alam semesta serta melahirkan semua element di dalamnya.

Di dalam Purana, Beliau digambarkan memiliki warna ilahi yang gelap, empat lengan, memegang bunga teratai, terompet, cakra dan gada. Beliau juga digambarkan dalam Bhagavad Gita memiliki wujud yang universal (Vishvarupa) yang berada diluar imajinasi manusia.



Purana juga menggambarkan Beliau sebagai Dasavatara. Sembilan sudah turun ke dunia, yang terakhir akan turun di akhir jaman Kaliyuga. Dewa Brahma menyanjung Beliau dalam Vishnu Sahasranamam sebagai "Sahasrakoti Yuga Dharine", yang berarti inkarnasi Beliau terjadi dalam setiap Yuga. Bhagavad Gita menggambarkan tujuan inkarnasi Beliau untuk melindungi yang saleh, membinasakan/menyadarkan yang jahat serta menegakkan Dharma. Dalam agama Hindhu, Beliau dipuja secara langsung ataupun melalui wujud inkarnasi Beliau (seperti Krishna, Rama).

Matsyawatāra – Sebagai ikan (matsya), Wişņu meolong Manu, yaitu manusia pertama, untuk menghindarkan diri dari air bah yang menelan dunia.

Kurmawatāra – Sebagai kura-kura (kurma), Wişņu berdiri di atas dasar laut menjadi alas bagi Gunung Mandara yang dipakai oleh para dewa untuk mengaduk lautan dalam usaha mereka mendapatkan amrta atau air penghidup.

Warahawatāra – Ketika dunia ditelan laut dan ditarik ke dalam kegelapan patala (dunia bawah), Wişņu menjadi babi hutan (waraha) dan mengangkat dunia kembali ke tempatnya. Dalam wujud Beliau juga membinasakan Hiranyaksa, seorang raksasa yang lalim.

Narasimhawatāra – Hiranyakasipu, seorang raksasa, dengan sangat lalimnya menguasai dunia. Kesaktiannya yang luar biasa menjadikan ia tak dapat dibununh oleh dewa, manusia, maupun binatang, tak dapat mati di waktu siang dan juga malam. Maka, untuk memberantasnya, Wişņu menjelma menjadi singa-manusia (narasimha) dan dibunuhnya Hiranyakasipu pada waktu senja.

Wamanawatāra – Wişņu menjelma sebagai orang kerdil (wamana) dan meminta kepada Daitya Bali yang denagn sangat lalim memerintah dunia supaya kepadanya diberikan tanah seluas tiga langkah. Setelah diizinkan maka dengan tiga langkah (tiwikrama) ini ia menguasai dunia, angkasa, dan surga. Di sini tampak Wişņu sebagai Dewa Matahari, yang “menguasai” dunia dengan tiga langkahnya; waktu terbit, waktu tengah hari, dan waktu terbenam.

Paraçuramawatāra – Wişņu menjelma sebagai Rama bersenjatakan kapak (paraçu) dan menggempur golongan ksatria sebagai balas dendam terhadap penghinaan yang dialami oleh ayahnya, seorang brahmana, dari seorang raja (kasta ksatriya). Tampak suatu “reaksi” terhadap revolusi zaman Upanisad.

Ramawatāra – Rama titisan Wişņu ini adalah yang terkenal dari cerita Ramayana. Yang mengancam kerselamatan dunia adalah Rawana atau Dasamukha.

Kŗşnawatāra – Kŗşna ini terkenal dari Mahābhārata, sebagai raja titisan Wişņu yang membantu para Pandawa menuntut keadilan dari para Kurawa.
Budha Awatara - Dalam wujud Beliau sebagai Sang Sidharta Gautama, Beliau menegakkan Dharma dengan menyebarkan ajaran welas asih dan kasih sayang kepada semua mahluk di dunia.

Kalkya/Kalkiawatāra – Keadaan dunia saat ini sangat buruk dan akan tiba saatnya nanti kejahatan itu akan mencapai puncaknya, sehingga dunia terancam kemusnahan. Pada saat itulah maka Wişņu akan menjelma sebagai Kalki dan dengan menunggang kuda putih dan membawa pedang terhunus ia akan menegakkan kembali keadilan dan kesejahteraan di atas dunia ini.
Bila anda menyukai artikel ini, klik tombol 'Like'. Dan bila anda ingin membagikan artikel ini di facebook, klik tombol 'Send' atau tombol 'Share'

2 komentar:

  1. Om Swastiasu,
    kalau ada cerita masing2 awatara, mohon dishare.
    terimakasih

    BalasHapus
  2. kelanjuatn dewi sati membakar diri nya ke dalam api truz gmn y Dewa siwa?ap dewi sati hidup kmbali

    BalasHapus

Jangan lupa berkomentar nggih semeton :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...